Cerita ini hanya imajinasi kok… 18+….
Baik Chan Chan atau Minho kecewa sekali
dengan tindakan Tuan dan Nyonya Han. Chan Chan sungguh tidak ingin lagi disetir
kedua orangtuanya itu. Dia begitu menderita, dadanya terasa sesak, merasa
dipermalukan ketika tahu, bahwa orangtuanya terang-terangan berindak gegabah
dalam penentuan perusahaan bersama itu.
”Aku mungkin memaafkan mereka, tapi tidak
dengan apa yang mereka lakukan padaku.. itu membahayakan posisiku dan juga
perusahaan dimata pemegang saham yang lain,” tegas Minho ditelepon padanya.
”Dan..aneh sekali.. kenapa harus kamu yang
meminta maaf kepadaku?? Bukankah orangtua mu yang salah?? Mereka egois sekali,”
lanjutnya.
Baik Minho atau Tuan dan Nyonya Han,
keduanya memiliki ego yang besar. Namun Minho tidak bisa mendiamkan begitu saja
peristiwa kemarin, yang membuat dirinya malu di hadapan para pemegang saham.
Dia juga kesal dengan ibunya sendiri yang menurut saja apa yang direncanakan dan
dilakukan paman dan bibi jauhnya itu.
”Kalau saja Chan Chan bukan sepupu
jauhku...rasanya aku sudah sangat membenci dia,” gerutu hatinya Minho.
Minho tidak mungkin melakukan itu. Han
Chan Chan yang mantan isterinya, masih sepupu jauh baginya, dan dia bukan
perempuan jahat. Dia hanya perempuan korban pikiran picik kedua orangtuanya.
”Kamu sama sekali tidak salah, Chan Chan..
aku tidak marah denganmu... hanya.. aku ingin kedua orangtuamu belajar.. kalau
yang mereka lakukan salah.. ,”
”Mereka ingin membuatku bangkrut? Maka..
mereka akan jatuh lebih sakit lagi,” kata Minho, dengan nada seperti mengancam.
Chan chan hampir menangis mendengar Minho
berkata itu. Dia ingin Minho
melepaskan dirinya, tidak lagi terikat dari orangtuanya. Namun, bagaimana lagi
bisa? Mereka bukan lagi suami-isteri seperti yang dulu. Minho yang masih juga
meninggikan ego nya, berharap, dia tidak ingin membahas dulu urusan hati. Dia
sudah merasa tenang dengan hadirnya Shin Minhyo dan juga Young Soon, anak
mereka berdua.
”Apakah aku harus mengakhiri hidupku saja
kalau begini, Minho??,” tanya Chan chan pada hatinya sendiri.
Dia merasakan Minho sudah tidak perduli padanya. Beda sekali dengan kehidupan
mereka selama 7 tahun yang lalu ketika masih berumahtangga.
-----------------------------
Kepala Minho terasa sangat berat. Hari
itu, dia tidak ingin ke rumah ibunya. Ingin melupakan sejenak rasa sakit nya
kepada orangtuanya itu. Dia sibuk melihat laporan perkembangan usahanya, sampai
lembar per lembar dia periksa dengan teliti, setebal itu. Dia tidak ingin
keluarga Han mengacak-acak lagi urusan penting bisnisnya, termasuk laporan. Sementara,
di ruang depan, Minhyo masih sibuk bermain dengan anak mereka.
Minho akhirnya malah menghampiri mereka,
memandang wajah mereka yang sedang bermain. Dia ikut berjongkok. Minhyo yang
mengetahui itu menoleh padanya dan tersenyum, bertanya, apa pekerjaannya sudah
selesai atau belum. Minho menjawab dengan menggeleng dan tersenyum. Dia meminta
isterinya itu mundur sedikit, supaya dia yang bermain dengan Young Soon.
Minho lalu berdiri dan menggendong-gendong
anaknya.. mencoba bernyanyi untuk balita itu.
Minhyo pun bertepuk tangan, sementara
Young Soon begitu senangnya, tertawa lebar, seolah tidak mengetahui, bahwa
kedua orangtuanya sedang dalam masalah berat.
”Nah.. Appa
mu pandai bernyanyi, sayang... hehe,” canda Minhyo pada mereka.
”Mestinya dulu aku jadi penyanyi... tapi
malah tersasar jadi pengusaha, haha,” balas Minho.
Minho lalu menghentikan sejenak
bernyanyinya untuk Young Soon, dan menatap Minhyo.
”Menurutmu.. apakah Chan chan sangat
menderita dengan semua ini??,” tanya dia pada Minhyo.
”Aku membutuhkan logika mu.. tidak hanya
perasaan.. tolong aku, Shin Minhyo.”
Minhyo mencoba tersenyum dengan pertanyaan
itu.
”Begitu aku rasa... dia terjepit diantara
banyak masalah,” jawabnya.
Minho mengganti posisi gendongnya kepada
Young Soon, berharap balita itu tertidur. Dia menaruh kepala anaknya itu ke
pundaknya, mengusap-usap punggungnya.
”Seperti apa yang kamu katakan.. hari
ini.. aku dengar suara tangisannya.”
Minhyo berusaha berbesar hati mendengar
semua yang Minho ceritakan malam itu tentang Chan chan. Dia memang merasa
bersalah telah merebut Minho dari tangan perempuan itu, hanya demi satu kata:
anak.
”Aku tidak ingin hal buruk terjadi
padanya, Minhyo... aku kasihan padanya,” kata Minho.
Minhyo memandang Minho dengan sedikit
sayu.
”Apa... diam-diam.. kamu akan kembali
padanya??,”
Minho tidak menyangka, bahwa isterinya itu
bisa berkata seperti itu. Apakah Minhyo memang sedang merasa inferior lagi??
”Aku tidak tahu...,” balas Minho.
”Dan.. maafkan aku.. yang kemarin pernah
mengatakan.. kalau aku masih cinta dia.. ,”
Minhyo memeluk pinggang Minho. Inilah
cobaan dalam kehidupan rumahtangga mereka. Dia yang tidak pernah diijinkan
masuk dalam keluarga Lee, tidak ingin banyak melawan, hanya ingin satu hal:
anak mereka diterima di keluarga itu. Minho sudah tidak perduli lagi dengan
tanggapan anggota keluarga yang lain. Dia tetap mempertahankan status Shin
Minhyo sebagai pasangannya yang sah sekarang.
”Selamanya.. tak akan kubiarkan mereka
kurang ajar kepada mu..,” lanjut Minho.
”Dan kamu pantas saja menghajar mereka
dengan ketegasanmu.. sebenarnya.. itu yang aku inginkan,” lanjutnya lagi.
”Kalau perlu..akan ku gertak mereka dengan
segala aset yang akan aku masukkan atas nama mu..atau atas nama Young Soon..
segera.”
Minho memang sudah terlanjur emosi dengan
peristiwa kemarin. Membayangkan kekurang ajaran keluarga Han mencampuri urusan
pribadi dengan bisnis, membuat kepalanya pusing tujuh keliling karena akan
mencabut kepercayaan orang-orang yang sudah terlanjur percaya semenjak mendiang
ayahnya memulai usaha. Hasil pengangkatan dirinya pun sebagai direktur utama
sebenarnya kesepakatan mereka sendiri, bukan keinginan dirinya.
”Tidak cukup hanya keluarga Lee yang
menghajarku.. selain keluarga Han.. sepertinya mereka ingin menendangmu keluar
dari kehidupanku,”
”Dan tidak akan pernah mereka bisa mengacak-acak
segala sisi kehidupanku...terutama tentang keluargaku.”
Nada bicara Minho menjadi penuh emosi. Terlalu
berat kehidupannya setahun terakhir ini banyak dicampuri. Dia menyadari, ada
bagian dari hidupnya yang salah, sekali lagi, ego nya bermain, dia hanya
berusaha mempertahankan instink kehidupannya.
”Aku sudah yakinkan hidupku tidak bisa
dicampuri dengan orang lain.”
”Aku mengerti,” balas Minhyo.
Pelukannya makin erat dan lembut untuk
Minho. Perjalanannya dengan lelaki itu belum seberapa jauh. Memungkinkan, masih
akan ada banyak kendala, yang berharap, akan kuat mereka lalui bersama.
”Janji..untuk tidak
meninggalkanku...mungkin aku egois.. tapi aku jelas-jelas membutuhkanmu dan
Young soon,” kata Minho.
”Aku begitu menginginkanmu, lebih dari aku
ingin chan chan,” lanjutnya tanpa basa basi.
Minhyo malah jadi melepas pelukannya pada
Minho dan tertawa.
”Aku mengerti..walau aku begitu kesal
sekali padamu saat itu...menyebalkan.”
Minho menciumnya dengan lembut.
”Kalau tidak begitu...aku tidak akan
memiliki perempuan kuat disampingku.”
Minho juga jadi tersenyum dengan kejadian
hampir setahun yang lalu itu. Mereka jadi duduk sambil Young Soon yang
tertidur, berada di pangkuan Minho.
”Sekuat-kuatnya aku sebagai seorang lelaki
dimata orang lain.. aku tetap butuh kamu,”
Minhyo mengangguk mantap. Dia tersenyum
pada Minho.
Minho membalasnya dengan senyum.
”Eh..aku seperti melihat senyummu pertama
kali, setelah kamu menghabisi para perampok di toko baju itu.”
”Entah mengapa... aku merasa menjadikan
kamu sebagai pasangan sejatiku...”
Minhyo malah memeluknya. Dia masih merasa
bersalah terhadap Chan chan. Dalam pikirannya dan perasaannya, rasa bersalahnya sangat besar. Bagaimana
bisa.. apa yang sudah menjadi tugasnya untuk meringkus penjahat... malah
membuat rumah tangga orang lain jadi rusak??
”Apa yang kamu pikirkan??,” senyum Minho.
Minhyo mengelak, dia tidak ingin ribut hal
yang sudah-sudah tentang perasaannya itu. Minho esok akan berhadapan lagi dengan keluarga besar
Han dan Lee. Hal yang sebenarnya sudah malas baginya untuk berdebat, tetapi
terus harus dia hadapi. Minhyo tidak ingin menambah beban pikiran lelaki itu.
”Tidak mungkin mereka akan bisa membuatmu
jatuh... aku juga akan selalu mendukung mu..,” katanya.
”Keluarga Han benar-benar rakus.. sama
sekali tidak berpikir kalau aku sangat capek mengurusi bisnis bersama ini.”
Keluarga Han ingin meminta bagian mereka,
karena sakit hati mereka. Mereka masih memandang bahwa Shin Minhyo jelas bukan
bagian dari keluarga besar Lee, apalagi untuk bisnis keluarga. Mereka juga
seperti menganggap anak Minho tidak ada sama sekali. Yang dipikiran mereka
hanya bahwa Minho sudah mengkhianati mereka.
”Doakan saja aku menang... jelas, aku
tidak ingin kalah dari mereka.. ”.
Minhyo mengangguk. Setelah mereka puas
melihat Young Soon tertidur dalam pelukan Minho, Minho merebahkan dirinya
sendiri, beristirahat. Sementara ketika Minho sudah terlelap, Minhyo memandangnya
dengan tatapan tajam.
”Aku memilih tuk tidak mungkin
meninggalkanmu, Minho... ”.
------------------------------------------------
”Apa-apaan ini?? Kalian masih memburu ku
supaya aku bankrut, huh??!!!!!???,” teriak Minho di ruangan pengacaranya.
Dia marah karena peristiwa kemarin
dipikirnya akan membuat kapok keluarga nya dan pihak Han, tapi ternyata belum
juga bergeming.
”Kalian bisa pikirkan bagaimana tanggapan
para para pemegang saham yang lain jika kalian menyerangku... apa kalian tidak
berpikir bahwa usaha ini tidak hanya milik kita, huh??.”
Hari itu keributan tidak berlansung di
rapat seperti kemarin. Pengacara Minho berusaha menenangkan dirinya. Bagi
Minho, ini adalah sebuah penghinaan berat. Kalau memang ingin membuat dia
bangkrut, semestinya tidak bisa. Karena harta nya jelas terpisah dengan harta
perusahaan keluarga tersebut.
”Kalian menggaji ku... It’s okay... tapi
untuk segala pengaturan perusahaan ini.. semua sesuai dengan kesepatan awal..
bahwa kalian tidak bisa mencampuri apa yang sudah ku putuskan,” kata Minho,
tegas.
” Jika memang ingin mundur, tarik saja
saham kalian, tarik semua aset...dan kita akan hitung bersama, hari ini juga,”
ancamnya.
Minhyo diam saja mendengar segala omelan
Minho kepada satu persatu anggota keluarga besarnya yang datang hari itu. Semua
mata tertuju padanya, perempuan yang dianggap merebut Minho dari tangan Han
Chan Chan. Dia juga melihat
sosok Chan Chan yang duduk di belakang ayahnya. Begitu mereka beradu pandang,
Chan Chan hanya diam saja, tapi Minhyo berusaha tersenyum padanya.
Dalam hati Chan Chan, dia menjadi begitu
sensitif. Dia merasa dibohongi baik Minho atau Minhyo. Namun, dia seperti tidak
bisa berbuat apapun. Dia memperhatikan saja Minho begitu kerasnya menentang keputusan
keluarganya.
”Aku bersedia menyerahkan semua hak
kalian...,” kata Minho.
Chan Chan kaget. Artinya, Minho
benar-benar akan memutuskan semua hal yang berhubungan antara dirinya dengan
keluarga Han.
”Kalian pikir...hal ini tidak
melelahkanku?? Kalau aku melepaskan hak kalian...maka keluarga Han akan bebas
menentukan mau jadi apa perjalanan bisnis kalian,” kata Minho dengan senyum
datar.
Tentu saja, hal ini akan membuat semuanya
bangkrut, baik keluarga Lee maupun Han. Minho bisa saja memulai usaha lagi dari
bawah. Pikiran dan perasaannya sudah sangat tertekan dengan semua ini. Beberapa
jam sebelum pertemuan ini, dia sudah membicarakan dengan para investor besar
tentang keputusannya ini.
”Begitu cepat sekali Lee-ssi memutuskan ini... walau milik kami
tidak seberapa dari apa yang sudah ayah Tuan usahakan.. rasanya memang ini cepat sekali,” kata salah
seorang dari investor.
Keputusan Minho memang tidak populer.
Beberapa investor malah menarik sahamnya kembali dan meminta modal awal. Dia
santai saja memenuhi keinginan mereka yang sudah disepakati. Baginya, tidak
menjadi masalah dan tidak memberikan kerugian. Justru akan berdampak bagi
keluarga besar Lee dan Han, yaitu: bangkrut.
”Tega-teganya kamu memutuskan ini
sendirian tanpa meminta persetujuan dulu, bahkan dengan ibumu sendiri, Minho.. kamu
benar-benar membuat Ibu sakit hati,” Nyonya Lee langsung membentak anaknya
sendiri begitu tahu apa yang terjadi.
Ya.. mereka jadi bangkrut. Minho
benar-benar melakukan hal yang diluar dugaan semuanya.
”Kita akan menghadapi tuntutan yang tidak
mudah,” kata Tuan Han.
”Aku katakan kalau keputusanku ini tidak
sepihak. Sedari dulu, Anda,
Tuan Han.. memang ingin semuanya dikuasai oleh Keluarga Han, bukan?? Namun..
aku tidak bisa seperti itu,” balas Minho.
Han langsung berdiri dan menggampar Minho.
Lelaki lebih dari setengah abad itu tidak dapat menahan marahnya, kecewa, telah
membuat keluarganya hancur dua kali, dari perkawinan anaknya, sampai dengan
kebangkrutan keluarga.
Han ingin menggampar untuk kedua kalinya,
ternyata tangannya ditangkis oleh Minhyo.
Mereka semua yang hadir disitu menoleh
kepada Minhyo. Wajah
perempuan itu biasa saja menghadapi mereka. Minho hanya bisa menyebut namanya.
”Suamiku bukan hanya mempertimbangkan hal
ini.. aku yakin itu.. kalian lah yang membuat dia melakukan hal ini... kalian
yang membuat keluarga ini hancur,” kata Minhyo dengan suara yang dingin dan
tegar.
Ny Lee menghampiri mereka bertiga dan
menggampar Minhyo dengan keras.
”Kamu yang sudah membuat keluarga ini,
hancur... harapanku untuk bisa damai di keluarga besar ini juga hancur.. dasar
pelacur!.”
Minho terkejut dengan kata terakhir yang
baru saja diucapkan ibunya, di hadapan dua keluarga besar.
”Eomma!
Tidak pantas sama sekali Eomma mengatakan itu pada Minhyo!.”
Ny Lee semakin marah, wajahnya memerah,”
Dia benar-benar iblis untuk keluargamu, Minho! Kamu lebih sayang dia daripada
ibumu sendiri!”.
Suara itu begitu menyakitkan hati Minho.
Tujuannya menikah dengan Shin Minhyo bukan tanpa alasan. Kelanjutan
keluarganya, baginya hanya akan ada kalau dia mendapatkan anak dari seorang
wanita dan itulah Shin Minhyo.
Minhyo diam saja mertua nya itu
menggamparnya dengan keras. Dia tidak ingin melawan. Dia masih menghormati
orangtua itu yang dia anggap sebagai ibunya sendiri.
”Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana
kamu akan menghadapi sikap mereka.. terutama sikap keluarga Lee sendiri,” kata Tuan Shin kepada anaknya.
Minhyo diam sejenak. Sebenarnya, sudah
berkali-kali dia mendapatkan penghinaan dari keluarga tersebut. Dianggap
merebut cinta Minho dari tangan Han Chan Chan, belum lagi tuduhan bahwa dia
akan merebut harta keluarga besar itu yang sangat kaya.
Dia tidak diijinkan sama sekali tinggal di
rumah keluarga Lee yang bagus itu, namun hanya menempati sebuah apartemen
sederhana yang sebelumnya sudah disewa terlebih dahulu olehnya, jauh sebelum
Minho memutuskan menikahinya.
”Aku tidak bisa menceritakan apapun kepada
Appa dan Eomma.. sebab.. ini sudah menjadi resiko yang semestinya aku
tanggung,” jawab Minhyo dengan tegas.
Shin hanya kipas-kipas santai menghadapi
masalah anaknya itu. Dia anggap sudah besar, sudah dewasa dan lepas tanggung
jawab darinya.
”Kau harus berjuang lebih keras lagi..
melanggar tabiat keluarga mereka,” ujar Shin, santai.
Minhyo menunduk hormat pada kedua
orangtuanya itu,” Tidak bisa dielakkan lagi, Appa.. semua sudah resiko..
bahkan.. mungkin saja, Minho akan mengambil tindakan sendiri untuk
menyelamatkan ini semua.”
”Apa maksudmu?,” tanya ibunya, heran.
”Kami ingin pindah ke sini, Eomma..
ijinkan kami tinggal disini,” senyum Minhyo kepada ibunya.
”Apa??? Apa kamu tidak sadar... kalau hal
itu hanya akan membuat mu dibenci oleh keluarga mereka?? Terlebih lagi anak mu
nanti.. dia bisa-bisa tidak mendapatkan tempat.. padahal dia yang mewarisi
semua yang dimiliki suamimu itu,” kata ibunya, kaget bukan kepalang.
”Kami memutuskan.. membagi semua aset.. Minho akan mundur sebagai direktur,” jawab
Minhyo. Dia mencoba untuk santai.
”Kalian sudah gila.. kenapa kamu bisa
seperti ini???,” Ibunya sangat kaget dengan keputusan mereka itu. Apa yang akan
mereka alami nanti kalau lingkungan sekitar mereka tahu dan akan menindas
mereka? Peristiwa yang lalu saja membuat keluarga mereka merasakan bagaimana
dipecundangi para tetangga, digossipkan yang tidak-tidak.
Tuan Shin tidak perduli dengan omongan
orang, tapi tidak dengan isterinya. Isterinya menjadi kesal, kecewa, dengan apa
yang sudah dilakukan anak sulungnya ini, yang dipikirnya, hanya akan merusak
masa depannya sendiri.
”Lantas.. apa Minho akan sungguh-sungguh
kesini??,” tanya tuan Shin.
”Itulah rencana kami, Appa,” jawab Minhyo
dengan menunduk hormat.
Shin hanya bisa bergumam dengan tekad
anaknya itu. Kehidupan memang keras dan mungkin saja, terkadang bersikap
seolah-olah bodoh itu dibutuhkan demi kelangsungan hidup.
”Lihat.. apa yang kita dapat? Semenjak ada perempuan
pelacur ini.. semuanya hancur!,” Tuan Han malah menambah panas suasana.
Isterinya pun berteriak menginginkan
Minhyo pergi dari situ.
“Aku sudah menyerahkan semua urusan bisnis
kepada kalian... juga kepada Eomma.. kenapa harus tidak setuju dengan
keputusanku?,” balas Minho, menahan amarah mereka.
“Aku sudah tidak punya apa-apa lagi
sekarang... kalian yang sebenarnya bisa bahagia,” tambahnya lagi.
Chan Chan yang sedari tadi diam saja, dia
menghampiri kedua orangtuanya. Dengan secepat kilat, dia merebut kertas
perjanjian yang berada di tangan ayahnya, lalu pergi ke hadapan Minho dan
Minhyo.
”SREEEKKKKKK....,”
Ternyata.. Chan chan merobek surat
perjanjian pembagian aset itu! Semua yang hadir disana, termasuk pengacara
keluarga Han, kaget. Ny Han yang masih bibi Minho, langsung pingsan melihat
itu.
”CHAN CHAN... KAMU SUDAH GILA!!,” teriak
sang ayah, merebut beberapa serpihan kertas dari tangan Chan chan yang dengan
santainya merobek robek.
”Aku sudah tidak tahu..apakah aku akan
jadi anak Appa dengan membela Minho,” katanya dengan wajah santai, sedikit
datar.
Minho hanya bisa menyebut nama mantan
isterinya itu dalam keterkejutannya.
Lalu,” PLAK!!!!,” suara tamparan keras
datang dari Tuan Han kepada anak perempuannya itu... Chan Chan.
Chan Chan langsung menangis, meminta dia
dimaafkan oleh kedua orangtuanya. Hal itu dia lakukan agar semua perselisihan
ini selesai, tidak ada lagi rasa dendam dan sebagainya yang menyakitkan dua
keluarga. Han memarahi anak perempuannya itu, menganggap dia perempuan yang
lemah, sama sekali mau disetir mantan suaminya. Sementara, Ny Lee berusaha
membuat adik sepupunya itu sadar.
Minhyo tidak bisa berkata apapun. Dia
mencoba mengerti, apa yang dirasakan oleh Chan Chan. Mungkin saja, jika dia menjadi perempuan itu,
belum tentu sekuat ini.
”Aku tidak tahu harus bagaimana lagi
bersikap padamu, Chan Chan,” kata ayahnya sendiri. Wajah lelaki itu merah,
menahan marah, ingin memukul, namun juga kasihan. Kakak lelaki Chan Chan, Rae
Byung, mencoba menahan amarah ayah mereka.
Dia memeluk adiknya dengan lembut. Dia
tahu, apa yang dirasakan adiknya itu sangat berat dan menyiksa jiwanya.
”Aku ingin perselisihan ini selesai,” kata
Rae Byung kepada Minho.
Minho menunduk hormat padanya dengan
dalam.
”Jika aku memberikan kalian semua, apa
yang telah kami usahakan.. itulah penyelesaianku... kalian bisa mengatur
sendiri semuanya.. aku hanya mengambil bagian ku...”.
Gonjang ganjing perusahaan bersama ini
memang sudah membuat ribuan karyawan menunggu nasib mereka, apakah akan
kehilangan pekerjaan atau akan dicari direktur lain dan tetap mempertahankan
banyak perusahaan ini.
”Sikap angkuhmu sepertinya belum berubah
juga, Minho,” balas Rae Byung.
”Tidak seperti itu,” balas Minho, cepat.
”Tentunya... dengan aku yang kalian
buang... kalian hanya akan mendapatkan aku, Minhyo dan anakku, tidak bersama
kalian.. tapi semua perusahaan tidak ada yang terganggu.. aku hanya
melaksanakan apa yang diinginkan ayahmu.”
”Aku berpikir..dengan aku menurunkan ego
ku ini.. melepas semuanya.. kalian akan senang.”
Rae Byung tidak bisa berkata lagi. Ayahnya
memang yang menginginkan perpisahan anak perempuannya dengan Minho, ingin
merebut semua aset.
Minho lalu meninggalkan mereka berdua. Dia
menuju ibunya yang sedang berusaha membuat adik sepupunya itu sadar. Dia yang
juga diikuti oleh Minhyo, berdiri di hadapan ibunya, lalu menunduk hormat.
”Sebenarnya.. aku sangat cinta Eomma.. ingin sekali menuruti apa semua katamu,”
”Namun.. untuk kali ini.. aku
membangkang... aku ingin tinggal bersama Shin Minhyo di desa..,”
Ny Lee bagai disambar petir di siang hari
mendengar itu. Artinya.. anaknya benar-benar akan lepas dari dirinya, lebih
memilih ke keluarga Shin.
”Kamu benar-benar tidak menghargai aku
lagi, Minho... kamu sungguh anak yang tidak berbakti,” balas Ny Lee dengan nada
sangat kecewa.
Minho menegakkan kepalanya. Dia memandang
ibunya sejenak, lalu memeluknya. Dia menahan tangisnya. Sebenarnya, dia tidak
ingin durhaka kepada orangtuanya itu.
”Aku sudah memutuskan ini sendirian.. bukan dia yang mempengaruhi aku, Eomma,”
kata Minho lagi.
”Kamu sama sekali tidak membutuhkan aku
lagi sebagai ibumu, Minho... kamu lebih cinta perempuan itu daripada ibumu
sendiri,” balas Ny Lee, yang masih dipeluk anaknya sendiri. Suaranya sangat
datar, dingin seperti orang ingin balas dendam.
Keluarga Han sibuk menyadarkan Ny Han yang
masih pingsan. Minhyo hanya bisa memandang mereka semua.
”Maafkan aku, eomma...,” kata Minho lagi.
”Keluarga ku sudah hancur... rasanya aku
tidak ingin melihat kalian semua,” balas sang ibu.
Hati Minho begitu hancur dengan perkataan
orangtuanya itu. Dia sudah tidak lagi diakui sebagai anak. Rasa ego nya sudah
mengalahkan ikatan hubungan darah. Dia hanya ingin pergi menenangkan diri, tapi
masih ingin diakui sebagai anak. Melepas semua jabatan, memulai usaha baru, jika
sudah mulai membaik, akan kembali lagi dan melupakan semuanya. Dia mengatakan
semua rencananya itu sambil memeluk sang ibu.
Ny Lee diam saja. Tidak keluar satu patah
kata pun, tidak menanggapi apa yang diucapkan Minho untuknya. Hati dan
kehidupannya sudah hancur dikhianati anak sendiri.
”Aku tidak pernah membenci Eomma.. tidak
akan... aku hanya ingin menyendiri, bersama Minhyo dan Youngsoon... ,” kata
Minho, ”Aku tidak akan melupakan Eomma.”
Minhyo tidak tahu harus berbuat apa. Hanya
dia berpikir, jika dia menjadi Minho...dia akan coba menawarkan ibunya untuk
tinggal bersama mereka. Namun sedari awal, padangan ibu mertuanya itu tidak
pernah bersahabat dengannya, bahkan dengan cucunya.
”Pergi, Minho... ibu tidak membutuhkan
kamu lagi,” balas Ny Lee.
Hati Minho remuk. Dia melepas pelukan
untuk ibunya, lantas menunduk hormat dalam-dalam. Minhyo pun mengikuti.
Wajah Ny Lee masih dingin, tidak bisa
menangis atau keluar air mata lagi.
Minho lalu kembali berjalan menuju
keluarga Han. Dia tersenyum pada semuanya.
”Maafkan aku... terlebih pada Chan Chan...
maaf, aku sangat mengecewakan hidup mu berkali-kali...,”
”Tuan Han.. hutangku pada keluargamu sudah
lunas.. ijinkan kami pergi,”
Dia menunduk hormat pada semuanya, lalu
diikuti Minhyo.
Minho berbalik badan, menggenggam tangan
Minhyo, mengajak dia dan anak mereka, meninggalkan ruangan itu.
Pengacara Minho pun mengikuti langkah
mereka, keluar ruangan itu.
Chan Chan berteriak kencang, memanggil
nama Minho. Lelaki itu
menoleh dan tersenyum.
”Aku mohon... jangan lupakan aku, Minho!
Aku masih mencintaimu!.”
Dia tidak perduli, disana masih ada Shin
Minhyo, yang sudah menjadi isteri mantan suaminya itu.
Minho hanya menjawab dengan senyuman. Dalam
lubuk hatinya, dia masih mencintai Han Chan Chan, walau sudah sedikit berbeda
dengan ketika mereka masih bersama. Ada rasa bersalah dalam hatinya, untuk
terpaksa berpisah dengan perempuan yang sebenarnya baik, namun baik saja
tidaklah cukup baginya.
Dengan masih menggenggam tangan Shin
Minhyo, Minho memberikan syarat, agar mereka meninggalkan ruangan itu.
Minho terlebih dahulu mengumpulkan asetnya
sendiri yang bisa dia bawa dari gedung kantor itu, sebelum meninggalkan ruangan
gedung.
Chan chan hanya bisa memandang mereka
keluar ruangan. Perasaannya ikut hancur.. sangat hancur.. akhirnya Minho berani
hidup dalam keadaan biasa, bersama perempuan yang pernah menolong mereka dari
perampokan, hal yang tidak pernah dia perkirakan dan bayangkan dalam hidupnya,
bahwa orang yang dicintainya malah mencintai penolong mereka. Walau keluarganya
mendapatkan banyak bagian harta perusahaan, yang dia cari bukanlah itu.. yang
dia rindukan adalah rasa cinta dan sayang Minho padanya..yang dia tidak temukan
pada pasangannya terdahulu. Lukanya semakin dalam....
Bersambung ke part 23...