This is me....

Sabtu, Oktober 08, 2016

My Two Adorable Wives (Part 22: Aku Mohon, Jangan Pernah Lupakan Aku…)

Cerita ini hanya imajinasi kok… 18+….

Baik Chan Chan atau Minho kecewa sekali dengan tindakan Tuan dan Nyonya Han. Chan Chan sungguh tidak ingin lagi disetir kedua orangtuanya itu. Dia begitu menderita, dadanya terasa sesak, merasa dipermalukan ketika tahu, bahwa orangtuanya terang-terangan berindak gegabah dalam penentuan perusahaan bersama itu.
”Aku mungkin memaafkan mereka, tapi tidak dengan apa yang mereka lakukan padaku.. itu membahayakan posisiku dan juga perusahaan dimata pemegang saham yang lain,” tegas Minho ditelepon padanya.

”Dan..aneh sekali.. kenapa harus kamu yang meminta maaf kepadaku?? Bukankah orangtua mu yang salah?? Mereka egois sekali,” lanjutnya.
Baik Minho atau Tuan dan Nyonya Han, keduanya memiliki ego yang besar. Namun Minho tidak bisa mendiamkan begitu saja peristiwa kemarin, yang membuat dirinya malu di hadapan para pemegang saham. Dia juga kesal dengan ibunya sendiri yang menurut saja apa yang direncanakan dan dilakukan paman dan bibi jauhnya itu.
”Kalau saja Chan Chan bukan sepupu jauhku...rasanya aku sudah sangat membenci dia,” gerutu hatinya Minho.
Minho tidak mungkin melakukan itu. Han Chan Chan yang mantan isterinya, masih sepupu jauh baginya, dan dia bukan perempuan jahat. Dia hanya perempuan korban pikiran picik kedua orangtuanya.
”Kamu sama sekali tidak salah, Chan Chan.. aku tidak marah denganmu... hanya.. aku ingin kedua orangtuamu belajar.. kalau yang mereka lakukan salah.. ,”
”Mereka ingin membuatku bangkrut? Maka.. mereka akan jatuh lebih sakit lagi,” kata Minho, dengan nada seperti mengancam.
Chan chan hampir menangis mendengar Minho berkata itu. Dia ingin Minho melepaskan dirinya, tidak lagi terikat dari orangtuanya. Namun, bagaimana lagi bisa? Mereka bukan lagi suami-isteri seperti yang dulu. Minho yang masih juga meninggikan ego nya, berharap, dia tidak ingin membahas dulu urusan hati. Dia sudah merasa tenang dengan hadirnya Shin Minhyo dan juga Young Soon, anak mereka berdua.
”Apakah aku harus mengakhiri hidupku saja kalau begini, Minho??,” tanya Chan chan pada hatinya sendiri.
Dia merasakan Minho sudah tidak  perduli padanya. Beda sekali dengan kehidupan mereka selama 7 tahun yang lalu ketika masih berumahtangga.
                                                -----------------------------
Kepala Minho terasa sangat berat. Hari itu, dia tidak ingin ke rumah ibunya. Ingin melupakan sejenak rasa sakit nya kepada orangtuanya itu. Dia sibuk melihat laporan perkembangan usahanya, sampai lembar per lembar dia periksa dengan teliti, setebal itu. Dia tidak ingin keluarga Han mengacak-acak lagi urusan penting bisnisnya, termasuk laporan. Sementara, di ruang depan, Minhyo masih sibuk bermain dengan anak mereka.
Minho akhirnya malah menghampiri mereka, memandang wajah mereka yang sedang bermain. Dia ikut berjongkok. Minhyo yang mengetahui itu menoleh padanya dan tersenyum, bertanya, apa pekerjaannya sudah selesai atau belum. Minho menjawab dengan menggeleng dan tersenyum. Dia meminta isterinya itu mundur sedikit, supaya dia yang bermain dengan Young Soon.
Minho lalu berdiri dan menggendong-gendong anaknya.. mencoba bernyanyi untuk balita itu.
Minhyo pun bertepuk tangan, sementara Young Soon begitu senangnya, tertawa lebar, seolah tidak mengetahui, bahwa kedua orangtuanya sedang dalam masalah berat.
”Nah.. Appa mu pandai bernyanyi, sayang... hehe,” canda Minhyo pada mereka.
”Mestinya dulu aku jadi penyanyi... tapi malah tersasar jadi pengusaha, haha,” balas Minho.
Minho lalu menghentikan sejenak bernyanyinya untuk Young Soon, dan menatap Minhyo.
”Menurutmu.. apakah Chan chan sangat menderita dengan semua ini??,” tanya dia pada Minhyo.
”Aku membutuhkan logika mu.. tidak hanya perasaan.. tolong aku, Shin Minhyo.”
Minhyo mencoba tersenyum dengan pertanyaan itu.
”Begitu aku rasa... dia terjepit diantara banyak masalah,” jawabnya.
Minho mengganti posisi gendongnya kepada Young Soon, berharap balita itu tertidur. Dia menaruh kepala anaknya itu ke pundaknya, mengusap-usap punggungnya.
”Seperti apa yang kamu katakan.. hari ini.. aku dengar suara tangisannya.”
Minhyo berusaha berbesar hati mendengar semua yang Minho ceritakan malam itu tentang Chan chan. Dia memang merasa bersalah telah merebut Minho dari tangan perempuan itu, hanya demi satu kata: anak.
”Aku tidak ingin hal buruk terjadi padanya, Minhyo... aku kasihan padanya,” kata Minho.
Minhyo memandang Minho dengan sedikit sayu.
”Apa... diam-diam.. kamu akan kembali padanya??,”
Minho tidak menyangka, bahwa isterinya itu bisa berkata seperti itu. Apakah Minhyo memang sedang merasa inferior lagi??
”Aku tidak tahu...,” balas Minho.
”Dan.. maafkan aku.. yang kemarin pernah mengatakan.. kalau aku masih cinta dia.. ,”

Minhyo memeluk pinggang Minho. Inilah cobaan dalam kehidupan rumahtangga mereka. Dia yang tidak pernah diijinkan masuk dalam keluarga Lee, tidak ingin banyak melawan, hanya ingin satu hal: anak mereka diterima di keluarga itu. Minho sudah tidak perduli lagi dengan tanggapan anggota keluarga yang lain. Dia tetap mempertahankan status Shin Minhyo sebagai pasangannya yang sah sekarang.
”Selamanya.. tak akan kubiarkan mereka kurang ajar kepada mu..,” lanjut Minho.
”Dan kamu pantas saja menghajar mereka dengan ketegasanmu.. sebenarnya.. itu yang aku inginkan,” lanjutnya lagi.
”Kalau perlu..akan ku gertak mereka dengan segala aset yang akan aku masukkan atas nama mu..atau atas nama Young Soon.. segera.”
Minho memang sudah terlanjur emosi dengan peristiwa kemarin. Membayangkan kekurang ajaran keluarga Han mencampuri urusan pribadi dengan bisnis, membuat kepalanya pusing tujuh keliling karena akan mencabut kepercayaan orang-orang yang sudah terlanjur percaya semenjak mendiang ayahnya memulai usaha. Hasil pengangkatan dirinya pun sebagai direktur utama sebenarnya kesepakatan mereka sendiri, bukan keinginan dirinya.
”Tidak cukup hanya keluarga Lee yang menghajarku.. selain keluarga Han.. sepertinya mereka ingin menendangmu keluar dari kehidupanku,”
”Dan tidak akan pernah mereka bisa mengacak-acak segala sisi kehidupanku...terutama tentang keluargaku.”

Nada bicara Minho menjadi penuh emosi. Terlalu berat kehidupannya setahun terakhir ini banyak dicampuri. Dia menyadari, ada bagian dari hidupnya yang salah, sekali lagi, ego nya bermain, dia hanya berusaha mempertahankan instink kehidupannya.
”Aku sudah yakinkan hidupku tidak bisa dicampuri dengan orang lain.”
”Aku mengerti,” balas Minhyo.
Pelukannya makin erat dan lembut untuk Minho. Perjalanannya dengan lelaki itu belum seberapa jauh. Memungkinkan, masih akan ada banyak kendala, yang berharap, akan kuat mereka lalui bersama.
”Janji..untuk tidak meninggalkanku...mungkin aku egois.. tapi aku jelas-jelas membutuhkanmu dan Young soon,” kata Minho.
”Aku begitu menginginkanmu, lebih dari aku ingin chan chan,” lanjutnya tanpa basa basi.
Minhyo malah jadi melepas pelukannya pada Minho dan tertawa.
”Aku mengerti..walau aku begitu kesal sekali padamu saat itu...menyebalkan.”
Minho menciumnya dengan lembut.
”Kalau tidak begitu...aku tidak akan memiliki perempuan kuat disampingku.”
Minho juga jadi tersenyum dengan kejadian hampir setahun yang lalu itu. Mereka jadi duduk sambil Young Soon yang tertidur, berada di pangkuan Minho.
”Sekuat-kuatnya aku sebagai seorang lelaki dimata orang lain.. aku tetap butuh kamu,”
Minhyo mengangguk mantap. Dia tersenyum pada Minho.
Minho membalasnya dengan senyum.
”Eh..aku seperti melihat senyummu pertama kali, setelah kamu menghabisi para perampok di toko baju itu.”
”Entah mengapa... aku merasa menjadikan kamu sebagai pasangan sejatiku...”
Minhyo malah memeluknya. Dia masih merasa bersalah terhadap Chan chan. Dalam pikirannya dan perasaannya,  rasa bersalahnya sangat besar. Bagaimana bisa.. apa yang sudah menjadi tugasnya untuk meringkus penjahat... malah membuat rumah tangga orang lain jadi rusak??
”Apa yang kamu pikirkan??,” senyum Minho.
Minhyo mengelak, dia tidak ingin ribut hal yang sudah-sudah tentang perasaannya itu. Minho esok akan berhadapan lagi dengan keluarga besar Han dan Lee. Hal yang sebenarnya sudah malas baginya untuk berdebat, tetapi terus harus dia hadapi. Minhyo tidak ingin menambah beban pikiran lelaki itu.
”Tidak mungkin mereka akan bisa membuatmu jatuh... aku juga akan selalu mendukung mu..,” katanya.
”Keluarga Han benar-benar rakus.. sama sekali tidak berpikir kalau aku sangat capek mengurusi bisnis bersama ini.”
Keluarga Han ingin meminta bagian mereka, karena sakit hati mereka. Mereka masih memandang bahwa Shin Minhyo jelas bukan bagian dari keluarga besar Lee, apalagi untuk bisnis keluarga. Mereka juga seperti menganggap anak Minho tidak ada sama sekali. Yang dipikiran mereka hanya bahwa Minho sudah mengkhianati mereka.
”Doakan saja aku menang... jelas, aku tidak ingin kalah dari mereka.. ”.
Minhyo mengangguk. Setelah mereka puas melihat Young Soon tertidur dalam pelukan Minho, Minho merebahkan dirinya sendiri, beristirahat. Sementara ketika Minho sudah terlelap, Minhyo memandangnya dengan tatapan tajam.
”Aku memilih tuk tidak mungkin meninggalkanmu, Minho... ”.
                                    ------------------------------------------------
”Apa-apaan ini?? Kalian masih memburu ku supaya aku bankrut, huh??!!!!!???,” teriak Minho di ruangan pengacaranya.
Dia marah karena peristiwa kemarin dipikirnya akan membuat kapok keluarga nya dan pihak Han, tapi ternyata belum juga bergeming.
”Kalian bisa pikirkan bagaimana tanggapan para para pemegang saham yang lain jika kalian menyerangku... apa kalian tidak berpikir bahwa usaha ini tidak hanya milik kita, huh??.”
Hari itu keributan tidak berlansung di rapat seperti kemarin. Pengacara Minho berusaha menenangkan dirinya. Bagi Minho, ini adalah sebuah penghinaan berat. Kalau memang ingin membuat dia bangkrut, semestinya tidak bisa. Karena harta nya jelas terpisah dengan harta perusahaan keluarga tersebut.
”Kalian menggaji ku... It’s okay... tapi untuk segala pengaturan perusahaan ini.. semua sesuai dengan kesepatan awal.. bahwa kalian tidak bisa mencampuri apa yang sudah ku putuskan,” kata Minho, tegas.
” Jika memang ingin mundur, tarik saja saham kalian, tarik semua aset...dan kita akan hitung bersama, hari ini juga,” ancamnya.
Minhyo diam saja mendengar segala omelan Minho kepada satu persatu anggota keluarga besarnya yang datang hari itu. Semua mata tertuju padanya, perempuan yang dianggap merebut Minho dari tangan Han Chan Chan. Dia juga melihat sosok Chan Chan yang duduk di belakang ayahnya. Begitu mereka beradu pandang, Chan Chan hanya diam saja, tapi Minhyo berusaha tersenyum padanya.
Dalam hati Chan Chan, dia menjadi begitu sensitif. Dia merasa dibohongi baik Minho atau Minhyo. Namun, dia seperti tidak bisa berbuat apapun. Dia memperhatikan saja Minho begitu kerasnya menentang keputusan keluarganya.

”Aku bersedia menyerahkan semua hak kalian...,” kata Minho.
Chan Chan kaget. Artinya, Minho benar-benar akan memutuskan semua hal yang berhubungan antara dirinya dengan keluarga Han.
”Kalian pikir...hal ini tidak melelahkanku?? Kalau aku melepaskan hak kalian...maka keluarga Han akan bebas menentukan mau jadi apa perjalanan bisnis kalian,” kata Minho dengan senyum datar.
Tentu saja, hal ini akan membuat semuanya bangkrut, baik keluarga Lee maupun Han. Minho bisa saja memulai usaha lagi dari bawah. Pikiran dan perasaannya sudah sangat tertekan dengan semua ini. Beberapa jam sebelum pertemuan ini, dia sudah membicarakan dengan para investor besar tentang keputusannya ini.
”Begitu cepat sekali Lee-ssi memutuskan ini... walau milik kami tidak seberapa dari apa yang sudah ayah Tuan usahakan.. rasanya memang ini cepat sekali,” kata salah seorang dari investor.

Keputusan Minho memang tidak populer. Beberapa investor malah menarik sahamnya kembali dan meminta modal awal. Dia santai saja memenuhi keinginan mereka yang sudah disepakati. Baginya, tidak menjadi masalah dan tidak memberikan kerugian. Justru akan berdampak bagi keluarga besar Lee dan Han, yaitu: bangkrut.
”Tega-teganya kamu memutuskan ini sendirian tanpa meminta persetujuan dulu, bahkan dengan ibumu sendiri, Minho.. kamu benar-benar membuat Ibu sakit hati,” Nyonya Lee langsung membentak anaknya sendiri begitu tahu apa yang terjadi.
Ya.. mereka jadi bangkrut. Minho benar-benar melakukan hal yang diluar dugaan semuanya.
”Kita akan menghadapi tuntutan yang tidak mudah,” kata Tuan Han.
”Aku katakan kalau keputusanku ini tidak sepihak. Sedari dulu, Anda, Tuan Han.. memang ingin semuanya dikuasai oleh Keluarga Han, bukan?? Namun.. aku tidak bisa seperti itu,” balas Minho.
Han langsung berdiri dan menggampar Minho. Lelaki lebih dari setengah abad itu tidak dapat menahan marahnya, kecewa, telah membuat keluarganya hancur dua kali, dari perkawinan anaknya, sampai dengan kebangkrutan keluarga.
Han ingin menggampar untuk kedua kalinya, ternyata tangannya ditangkis oleh Minhyo.
Mereka semua yang hadir disitu menoleh kepada Minhyo. Wajah perempuan itu biasa saja menghadapi mereka. Minho hanya bisa menyebut namanya.
”Suamiku bukan hanya mempertimbangkan hal ini.. aku yakin itu.. kalian lah yang membuat dia melakukan hal ini... kalian yang membuat keluarga ini hancur,” kata Minhyo dengan suara yang dingin dan tegar.
Ny Lee menghampiri mereka bertiga dan menggampar Minhyo dengan keras.
”Kamu yang sudah membuat keluarga ini, hancur... harapanku untuk bisa damai di keluarga besar ini juga hancur.. dasar pelacur!.”
Minho terkejut dengan kata terakhir yang baru saja diucapkan ibunya, di hadapan dua keluarga besar.
Eomma! Tidak pantas sama sekali Eomma mengatakan itu pada Minhyo!.”
Ny Lee semakin marah, wajahnya memerah,” Dia benar-benar iblis untuk keluargamu, Minho! Kamu lebih sayang dia daripada ibumu sendiri!”.
Suara itu begitu menyakitkan hati Minho. Tujuannya menikah dengan Shin Minhyo bukan tanpa alasan. Kelanjutan keluarganya, baginya hanya akan ada kalau dia mendapatkan anak dari seorang wanita dan itulah Shin Minhyo.
Minhyo diam saja mertua nya itu menggamparnya dengan keras. Dia tidak ingin melawan. Dia masih menghormati orangtua itu yang dia anggap sebagai ibunya sendiri.

”Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana kamu akan menghadapi sikap mereka.. terutama sikap keluarga Lee sendiri,” kata Tuan Shin kepada anaknya.
Minhyo diam sejenak. Sebenarnya, sudah berkali-kali dia mendapatkan penghinaan dari keluarga tersebut. Dianggap merebut cinta Minho dari tangan Han Chan Chan, belum lagi tuduhan bahwa dia akan merebut harta keluarga besar itu yang sangat kaya.
Dia tidak diijinkan sama sekali tinggal di rumah keluarga Lee yang bagus itu, namun hanya menempati sebuah apartemen sederhana yang sebelumnya sudah disewa terlebih dahulu olehnya, jauh sebelum Minho memutuskan menikahinya.
”Aku tidak bisa menceritakan apapun kepada Appa dan Eomma.. sebab.. ini sudah menjadi resiko yang semestinya aku tanggung,” jawab Minhyo dengan tegas.
Shin hanya kipas-kipas santai menghadapi masalah anaknya itu. Dia anggap sudah besar, sudah dewasa dan lepas tanggung jawab darinya.
”Kau harus berjuang lebih keras lagi.. melanggar tabiat keluarga mereka,” ujar Shin, santai.
Minhyo menunduk hormat pada kedua orangtuanya itu,” Tidak bisa dielakkan lagi, Appa.. semua sudah resiko.. bahkan.. mungkin saja, Minho akan mengambil tindakan sendiri untuk menyelamatkan ini semua.”
”Apa maksudmu?,” tanya ibunya, heran.
”Kami ingin pindah ke sini, Eomma.. ijinkan kami tinggal disini,” senyum Minhyo kepada ibunya.
”Apa??? Apa kamu tidak sadar... kalau hal itu hanya akan membuat mu dibenci oleh keluarga mereka?? Terlebih lagi anak mu nanti.. dia bisa-bisa tidak mendapatkan tempat.. padahal dia yang mewarisi semua yang dimiliki suamimu itu,” kata ibunya, kaget bukan kepalang.
”Kami memutuskan.. membagi semua aset.. Minho akan mundur sebagai direktur,” jawab Minhyo. Dia mencoba untuk santai.
”Kalian sudah gila.. kenapa kamu bisa seperti ini???,” Ibunya sangat kaget dengan keputusan mereka itu. Apa yang akan mereka alami nanti kalau lingkungan sekitar mereka tahu dan akan menindas mereka? Peristiwa yang lalu saja membuat keluarga mereka merasakan bagaimana dipecundangi para tetangga, digossipkan yang tidak-tidak.
Tuan Shin tidak perduli dengan omongan orang, tapi tidak dengan isterinya. Isterinya menjadi kesal, kecewa, dengan apa yang sudah dilakukan anak sulungnya ini, yang dipikirnya, hanya akan merusak masa depannya sendiri.
”Lantas.. apa Minho akan sungguh-sungguh kesini??,” tanya tuan Shin.
”Itulah rencana kami, Appa,” jawab Minhyo dengan menunduk hormat.
Shin hanya bisa bergumam dengan tekad anaknya itu. Kehidupan memang keras dan mungkin saja, terkadang bersikap seolah-olah bodoh itu dibutuhkan demi kelangsungan hidup.

”Lihat.. apa yang kita dapat? Semenjak ada perempuan pelacur ini.. semuanya hancur!,” Tuan Han malah menambah panas suasana.
Isterinya pun berteriak menginginkan Minhyo pergi dari situ.
“Aku sudah menyerahkan semua urusan bisnis kepada kalian... juga kepada Eomma.. kenapa harus tidak setuju dengan keputusanku?,” balas Minho, menahan amarah mereka.
“Aku sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang... kalian yang sebenarnya bisa bahagia,” tambahnya lagi.
Chan Chan yang sedari tadi diam saja, dia menghampiri kedua orangtuanya. Dengan secepat kilat, dia merebut kertas perjanjian yang berada di tangan ayahnya, lalu pergi ke hadapan Minho dan Minhyo.
”SREEEKKKKKK....,”  
Ternyata.. Chan chan merobek surat perjanjian pembagian aset itu! Semua yang hadir disana, termasuk pengacara keluarga Han, kaget. Ny Han yang masih bibi Minho, langsung pingsan melihat itu.
”CHAN CHAN... KAMU SUDAH GILA!!,” teriak sang ayah, merebut beberapa serpihan kertas dari tangan Chan chan yang dengan santainya merobek robek.
”Aku sudah tidak tahu..apakah aku akan jadi anak Appa dengan membela Minho,” katanya dengan wajah santai, sedikit datar.
Minho hanya bisa menyebut nama mantan isterinya itu dalam keterkejutannya.
Lalu,” PLAK!!!!,” suara tamparan keras datang dari Tuan Han kepada anak perempuannya itu... Chan Chan.
Chan Chan langsung menangis, meminta dia dimaafkan oleh kedua orangtuanya. Hal itu dia lakukan agar semua perselisihan ini selesai, tidak ada lagi rasa dendam dan sebagainya yang menyakitkan dua keluarga. Han memarahi anak perempuannya itu, menganggap dia perempuan yang lemah, sama sekali mau disetir mantan suaminya. Sementara, Ny Lee berusaha membuat adik sepupunya itu sadar.
Minhyo tidak bisa berkata apapun. Dia mencoba mengerti, apa yang dirasakan oleh Chan Chan. Mungkin saja, jika dia menjadi perempuan itu, belum tentu sekuat ini.
”Aku tidak tahu harus bagaimana lagi bersikap padamu, Chan Chan,” kata ayahnya sendiri. Wajah lelaki itu merah, menahan marah, ingin memukul, namun juga kasihan. Kakak lelaki Chan Chan, Rae Byung, mencoba menahan amarah ayah mereka.
Dia memeluk adiknya dengan lembut. Dia tahu, apa yang dirasakan adiknya itu sangat berat dan menyiksa jiwanya.

”Aku ingin perselisihan ini selesai,” kata Rae Byung kepada Minho.
Minho menunduk hormat padanya dengan dalam.
”Jika aku memberikan kalian semua, apa yang telah kami usahakan.. itulah penyelesaianku... kalian bisa mengatur sendiri semuanya.. aku hanya mengambil bagian ku...”.
Gonjang ganjing perusahaan bersama ini memang sudah membuat ribuan karyawan menunggu nasib mereka, apakah akan kehilangan pekerjaan atau akan dicari direktur lain dan tetap mempertahankan banyak perusahaan ini.
”Sikap angkuhmu sepertinya belum berubah juga, Minho,” balas Rae Byung.
”Tidak seperti itu,” balas Minho, cepat.
”Tentunya... dengan aku yang kalian buang... kalian hanya akan mendapatkan aku, Minhyo dan anakku, tidak bersama kalian.. tapi semua perusahaan tidak ada yang terganggu.. aku hanya melaksanakan apa yang diinginkan ayahmu.”
”Aku berpikir..dengan aku menurunkan ego ku ini.. melepas semuanya.. kalian akan senang.”
Rae Byung tidak bisa berkata lagi. Ayahnya memang yang menginginkan perpisahan anak perempuannya dengan Minho, ingin merebut semua aset.

Minho lalu meninggalkan mereka berdua. Dia menuju ibunya yang sedang berusaha membuat adik sepupunya itu sadar. Dia yang juga diikuti oleh Minhyo, berdiri di hadapan ibunya, lalu menunduk hormat.
”Sebenarnya.. aku sangat cinta Eomma.. ingin sekali menuruti apa semua katamu,”
”Namun.. untuk kali ini.. aku membangkang... aku ingin tinggal bersama Shin Minhyo di desa..,”
Ny Lee bagai disambar petir di siang hari mendengar itu. Artinya.. anaknya benar-benar akan lepas dari dirinya, lebih memilih ke keluarga Shin.
”Kamu benar-benar tidak menghargai aku lagi, Minho... kamu sungguh anak yang tidak berbakti,” balas Ny Lee dengan nada sangat kecewa.
Minho menegakkan kepalanya. Dia memandang ibunya sejenak, lalu memeluknya. Dia menahan tangisnya. Sebenarnya, dia tidak ingin durhaka kepada orangtuanya itu.
”Aku sudah memutuskan ini sendirian.. bukan dia yang mempengaruhi aku, Eomma,” kata Minho lagi.
”Kamu sama sekali tidak membutuhkan aku lagi sebagai ibumu, Minho... kamu lebih cinta perempuan itu daripada ibumu sendiri,” balas Ny Lee, yang masih dipeluk anaknya sendiri. Suaranya sangat datar, dingin seperti orang ingin balas dendam.

Keluarga Han sibuk menyadarkan Ny Han yang masih pingsan. Minhyo hanya bisa memandang mereka semua.
”Maafkan aku, eomma...,” kata Minho lagi.
”Keluarga ku sudah hancur... rasanya aku tidak ingin melihat kalian semua,” balas sang ibu.
Hati Minho begitu hancur dengan perkataan orangtuanya itu. Dia sudah tidak lagi diakui sebagai anak. Rasa ego nya sudah mengalahkan ikatan hubungan darah. Dia hanya ingin pergi menenangkan diri, tapi masih ingin diakui sebagai anak. Melepas semua jabatan, memulai usaha baru, jika sudah mulai membaik, akan kembali lagi dan melupakan semuanya. Dia mengatakan semua rencananya itu sambil memeluk sang ibu.
Ny Lee diam saja. Tidak keluar satu patah kata pun, tidak menanggapi apa yang diucapkan Minho untuknya. Hati dan kehidupannya sudah hancur dikhianati anak sendiri.
”Aku tidak pernah membenci Eomma.. tidak akan... aku hanya ingin menyendiri, bersama Minhyo dan Youngsoon... ,” kata Minho, ”Aku tidak akan melupakan Eomma.”
Minhyo tidak tahu harus berbuat apa. Hanya dia berpikir, jika dia menjadi Minho...dia akan coba menawarkan ibunya untuk tinggal bersama mereka. Namun sedari awal, padangan ibu mertuanya itu tidak pernah bersahabat dengannya, bahkan dengan cucunya.
”Pergi, Minho... ibu tidak membutuhkan kamu lagi,” balas Ny Lee.
Hati Minho remuk. Dia melepas pelukan untuk ibunya, lantas menunduk hormat dalam-dalam. Minhyo pun mengikuti.
Wajah Ny Lee masih dingin, tidak bisa menangis atau keluar air mata lagi.
Minho lalu kembali berjalan menuju keluarga Han. Dia tersenyum pada semuanya.
”Maafkan aku... terlebih pada Chan Chan... maaf, aku sangat mengecewakan hidup mu berkali-kali...,”
”Tuan Han.. hutangku pada keluargamu sudah lunas.. ijinkan kami pergi,”
Dia menunduk hormat pada semuanya, lalu diikuti Minhyo.
Minho berbalik badan, menggenggam tangan Minhyo, mengajak dia dan anak mereka, meninggalkan ruangan itu.
Pengacara Minho pun mengikuti langkah mereka, keluar ruangan itu.
Chan Chan berteriak kencang, memanggil nama Minho. Lelaki itu menoleh dan tersenyum.
”Aku mohon... jangan lupakan aku, Minho! Aku masih mencintaimu!.”
Dia tidak perduli, disana masih ada Shin Minhyo, yang sudah menjadi isteri mantan suaminya itu.
Minho hanya menjawab dengan senyuman. Dalam lubuk hatinya, dia masih mencintai Han Chan Chan, walau sudah sedikit berbeda dengan ketika mereka masih bersama. Ada rasa bersalah dalam hatinya, untuk terpaksa berpisah dengan perempuan yang sebenarnya baik, namun baik saja tidaklah cukup baginya.
Dengan masih menggenggam tangan Shin Minhyo, Minho memberikan syarat, agar mereka meninggalkan ruangan itu.
Minho terlebih dahulu mengumpulkan asetnya sendiri yang bisa dia bawa dari gedung kantor itu, sebelum meninggalkan ruangan gedung.
Chan chan hanya bisa memandang mereka keluar ruangan. Perasaannya ikut hancur.. sangat hancur.. akhirnya Minho berani hidup dalam keadaan biasa, bersama perempuan yang pernah menolong mereka dari perampokan, hal yang tidak pernah dia perkirakan dan bayangkan dalam hidupnya, bahwa orang yang dicintainya malah mencintai penolong mereka. Walau keluarganya mendapatkan banyak bagian harta perusahaan, yang dia cari bukanlah itu.. yang dia rindukan adalah rasa cinta dan sayang Minho padanya..yang dia tidak temukan pada pasangannya terdahulu. Lukanya semakin dalam....

Bersambung ke part 23...